Market

Imbas Konflik Iran-Israel, DPR: Indonesia Perlu Kebut Transisi Energi Demi Kurangi Impor Minyak


Wakil Ketua Komisi VII DPR, Eddy Soeparno mengatakan, eskalasi konflik Iran-Israel  dikhawatirkan memengaruhi perekonomian Indonesia. Pemerintah harus menyiapkan mitigasinya. Khususnya menyangkut potensi kenaikan harga minyak mentah dunia.

“Nilai tukar dollar AS terhadap rupiah sudah tembus Rp16 ribu per dolar AS. Sementara harga minyak mentah nyaris melampaui 90 dolar AS per barel. Ini yang harus diantisipasi pemerintah terkait geopolitik yang semakin memanas,” kata Eddy di Jakarta, Selasa (16/4/2024).

Dia pun menyoroti cadangan devisa (cadev) Indonesia yang menurut Bank Indonesia (BI) masih tergolong aman. “Meski cadangan devisa kita aman, perlu diwaspadai impor bahan baku produksi. Termasuk minyak mentah bakal semakin mahal ke depannya,” sambung politikus PAN itu.

Ia menyebut antisipasi harus dilakukan sesegera mungkin, karena jika harga minyak mentah mengalami kenaikan, tentu akan berdampak pada APBN. “Setiap kenaikan minyak mentah 1 dolar AS per barel, meningkatkan pendapat negara Rp3,6 triliun. Tapi, menguras pengeluaran hingga Rp10 triliun. Karena, kita impor minyak mentah sebanyak 1 juta barel per hari,” kata Eddy yang disebut-sebut kandidat menteri di kabinet Prabowo-Gibran itu.

Eddy menilai, jika menelisik rencana jangka panjang, maka Indonesia membutuhkan kebijakan percepatan transisi energi menuju energi terbarukan. “(Hal ini dilakukan) untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak mentah sekaligus mereduksi emisi karbon,” tuturnya.

Asal tahu saja, serangan Iran ke Israel itu, meningkatkan peluang terganggunya pengiriman rantai pasok global melalui Selat Hormuz. Pasalnya, jalur perairan sempit di perbatasan selatan Iran itu, dilalui lebih dari seperempat perdagangan minyak maritim global, termasuk minyak mentah dan produk minyak seperti bensin.

Peneliti Bruegel Simone Tagliapietra menjelaskan, ketika konflik semakin meningkat, Iran memiliki kemampuan untuk menyerang kapal tanker minyak yang melewati selat tersebut dengan menggunakan drone, rudal, atau kapal selam.

Adapun, skenario terburuk yang dapat terjadi adalah blokade total terhadap selat tersebut oleh pemerintah Iran. Saat ini, kemungkinan blokade ini memang masih sangat rendah.

Sementara itu, analis Energy Aspects, Richard Bronze mengatakan, konflik Iran-Israel menjadi titik hambatan paling signifikan di pasar minyak global. “Gangguan signifikan apa pun akan berdampak besar pada pasokan minyak global dan harga minyak,” kata dia.

Selain itu, Iran adalah salah satu negara penghasil minyak yang penting dan Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC). Iran menjual sebagian besar minyaknya ke China, karena adanya sanksi internasional yang sudah berlangsung lama. 

Jika benar Iran mengurangi keran ekspor minyaknya, maka China harus masuk gelanggang persaingan demi mendapatkan pasokan dari negara lain. 

    

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button